Standarisasi Bahasa arab untuk santri kurang efektif

 Standarisasi Bahasa Arab untuk santri kurang efektif

Di beberapa Pondok Pesantren Terutama Pesantren modern yang dicetuskan oleh Gontor dan diadobsi sistem pesantren modern ini dilanjutkan oleh para alumninya biasanya para santri diwajibkan untuk mempelajari bahasa arab dan inggris.
Setiap hari para santri diberi kosakata 2 sampai 10 kata untuk dihafalkan dan di biasakan untuk memakainya dalan kehidupan sehari-hari dan santribyang kedapatan berbicara bahasa daerah atau indonesia aman dihukum oleh pengurus pondok, tujuan nya untuk bisa menguasai bahasa arab dengan lancar.
Tapi tahukah kalian apa manfaat dari belajar bahsa arab? Diantara manfaatnya yaitu bisa membaca kitab gundul. Bisa bjcara dengan orang arab,yaman dan daerah timur tengah lain yang berbahasa arab fushah. Ya bahasa arab ada 2 : bahasa arab fushah dan bahasa arab amiyah, bahasa arab fushah itu bahasa Al-Qur'an dan hadits nabi, sedangkan bahasa arab amiyah itu bahasa arab yang digunakan sehari-hariboleh orang arab.
Bahasa arab yang dipelajari di pondok pesantren modern Itu bahasa arab fushah. Banyak yang berpikir dia belajar bahasa arab supaya ketika haji bisa mengobrol dengan orang sana tapi eh ternyata di arab sudah banyak orang bisa bahasa indonesia apalagi di pasar, dan ada juga orang indonesia yang belajar bahasa fushah di pondok tapi ketika di arab ingin ke toko dia biacar bahasa fushah banyak orang yang menertawakan nya, ya karena mereka biasanya pakai bahasa amiyah seperti terlalu formal bagi orang arab untuk bicara bahasa fushah.
Ada juga mungkin manfaatnya itu agar bisa paham Al-Qur'an dan hadits nabi Muhammad SAW. Kata ustadz hakam "Al-Qur'an itu tidak bisa diterjemahkan" untuk memahami Al-Qur'an tidak cukup belajar bahasa arab tapi harus juga membaca tafsirnya apalagi kalau membaca dan mengambil kesimpulan hanya dari terjemahan nya saja. Jadi lebih baik membaca tafsiranya, karena selain teks ada asbabun nuzul hlyang harus dipahami ketkka ingin memahami isi Al-Qur'an begitu juga hadits ada tafsir dan asbabul wurud yang harus dipahami untuk dapat memahami hadits, aapula hadits-hadits yang maknanya saling bertentangan dan harus dipahami dengan ilmu ushul fiqih kalau mau mengambil kesimpulan hukum.
Untuk rekomendasi ada baiknya membaca kitab para ulama yang mana itu Adalah intisari dari Al-Qur'an dan hadits. Kitab para ulama ini sudah banyak diterjemahkan kedalam bahasa indonesia daribkitab tauhidnya, fiqih beserta tasawufnya seperti kifayatul awam, safinatun naja, taqrirotus sadidah, ihya ulumudin dan masih banyak lagi. Jadi tidak perlu mempelajari bahsa arab untuk bisa baca kitab kuning karena ada terjemahan nya.
Ada lagi yang mempelajari bahasa arab untuk paham makna bacaan sholat ah itu mah tinggal baca saja terjemahan nya di google banyak.
Bahasa arab bahasa surga? Tidak ada yang tahu pasti di surga atau di alam kubir nanti pakai bahasa apa, ada yang berpendapat pakai bahasa arab, ada juga yang berpendapat pakai bahasa suryani, ada juga yang berpendapat pakai bahasa daerahnya atau bahasa sehari-harinya masing masing.
Orang islam harus bisa bahasa arab? Rukun agama 3 : islam, iman, ihsan. Mempelajari islam itu dengan Ilmu Fiqih. Iman itu dengan ilmu tauhid, ihsan itu dengan ilmu tasawuf. Bahasa arab tidak diwajibkan dipelajari oleh semua umat islam, di kitab ihya ulumudin bahasa arab itu termasuk ilmu yang fardhu kifayah dimana ketika ada yang sudah mempelajari maka gugur kewajiban sebagian yang lain. Sudah banyak yang mempelajari bahasa arab. Di pondok pesantren modern dan salafi, kemudian di kampus jurusan Pendidikan bahasa arab dan di Jurusan Bahasa Sastra Arab. Jadi sudah gugur kewajiban untuk yang lain.
Sistem pendidikan yang bail itu mengarahkan para oeserta didiknya supaya tahu dan paham akan potensi dirinya, dalan konsep multiple intelegence ada 8 tipe kecerdasan manusia, ada spasial-visual, linguistik, logis matematis, interpersonal, intrapersonal dsb. Jangan paksa ikan agar pintar memanjat pohon, jangan paksa burung agar pintar berenang. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan nya masing-masing. Tidak semua santri harus pintar bahasa arab ada yang pintar di bidang menyanyi ada yang pintar di ilmu mawaris.
Itu kalau konteksnya kepribadian, dalam konteks masyarakat, kita sekarang 2024 telah menghadapi industri 5.0 dimana teknologi sudah semakin maju ada AI, komputer kuantum, nanoteknologi dan masih banyak lagi. Masyarakat islam harus bisa menguasi teknologi dan ekonomi agar bisa bersaing mengalahkan para kafir yang menyalahgunakan kekuasaan teknologinya untuk menindas kaum lemah terutama palestina, cara agarbkita bisa memulainya adalah dengan mengarahkan para peserta didik terutama santri agar mempelajari AI dan teknologi terbaru lainnya bukan malah terus berkutat pada kosakata arab yang mungkin tidak akan terpakai juga di dunia kerja. Wallahu a'lam.

Postingan populer dari blog ini

Kemajuan Negara Indonesia: Perspektif Struktur Organisasi, Partisipasi dan Keterlibatan, serta Kebebasan Berorganisasi

SESAT BERPIKIR KH IMADUDDIN USTMAN

FILOSOFI TASBIH